Rabu, 29 Juli 2015

Asma' binti Abu Bakar Ash-Shiddiq (Puteri-puteri Teladan dalam Islam)

"Hai semuaaaa, kalian pasti punya idola ya, kan? Baik itu dari kalangan artis, Nabi-nabi dan Rasul Allah, keluarga, politisi, pejabat negara, atau cerita kartun? Siapapunlah, whatever kalian buehehe. Kalau aku nih banyak banget idolanya (lah curhat), salah satunya putri Abu Bakar Ash-Shiddiq yaitu Asma Binti Abu Bakar, udah pernah tau ceritanya? Oh, belum ya? Yuk, cekidot bacaaa. Semoga menambah ilmu dan wawasan, dan semoga dapat diambil hikmahnya yaaa."


Dia seorang wanita muhajir yang mulia dan tokoh yang besarkarena akal dan kemuliaan jiwa serta kemauannya yang kuat. Asma' dilahirkan tahun 27 sebelum Hijrah. Asma' 10 tahun lebih tua daripada saudaranya seayah, Aisyah, Ummul Mu'minin dan dia adalah saudara se- kandung dari Abdullah bin Abu Bakar.

Asma' mendapat gelar Dzatun nithaqain (si empunya dua ikatpinggang), karena dia mengambil ikat pinggangnya, lalu memotongnya menjadi dua. Kemudian, yang satu dia gunakan untuk sufrah (bungkus makanan untuk bekal) Rasulullah SAW, dan yang lain sebagai pembungkus qirbahnya pada waktu malam, ketika Rasulullah SAW dan Abu Bakar Ash- Shiddiq keluar menuju gua.

Penduduk Syam mengolok-olok Ibnu Zubair dengan julukan "Dzaatun nithaqain" ketika mereka memeranginya. Maka Asma' bertanya kepada puteranya itu, Abdullah bin Zubair :"Mereka mengolok-olokkan kamu ?" Abdullah menjawab :"Ya." Maka Asma' berkata :"Demi Allah, dia adalah benar."

Ketika Asma' menghadap Al-Hajjaj, dia berkata: "Bagaimana engkau mengolok-olok Abdullah dengan julukan Dzatun nitha- qain ? Memang, aku mempunyai sepotong ikat pinggang yang harus dipakai oleh orang perempuan dan sepotong ikat pinggang untuk menutupi makanan Rasulullah SAW." Asma' telah lama masuk Islam di Mekkah, sesudah 17 orang dan berbai'at kepada Nabi SAW, serta beriman kepadanya dengan iman yang kuat Pengamalan Islam Asma' yang Baik Pada suatu ketika, datang Qatilah binti Abdul Uzza kepada puterinya, Asma' binti Abu Bakar Ash-Shiddiq, sedangkan Abu Bakar telah menalaknya di zaman jahiliyyah, membawa hadiah-hadiah berupa kismis, samin dan anting-anting. Namun Asma' menolak hadiah tersebut dan tidak mengizinkannya memasuki rumahnya. Kemudian dia memberitahu Aisyah :"Tanyakan kepada Rasulullah SAW ....?" Aisyah menjawab :"Bi- arlah dia memasuki rumahnya dan dia (Asma') boleh menerima hadiahnya."

Tindakan Asma' yang Baik

Abu Bakar r.a. membawa seluruh hartanya yang berjumlah 5.000 atau 6.000 ketika Rasulullah SAW pergi hijrah. Kemudian kakeknya, Abu Quhafah datang kepada Asma' sedangkan dia seorang buta. Abu Quhafah berkata :"Demi Allah, sungguh aku lihat dia telah menyusahkan kalian dengan hartanya, sebagaiamana dia telah menyusahkan kalian dengan dirinya." Maka Asma' berkata kepadanya:"Sekali-kali tidak, wahai, Kakek! Beliau telah meninggalkan kebaikan yang banyak bagi kita."

Kemudian Asma' mengambil batu-batu dan meletakkanya di lubang angin, di mana ayahnya pernah meletakkan uang itu. Kemudian dia menutupinya dengan selembar baju. Setelah itu Asma' memegang tangannya (Abu Quhafah) dan berkata: "Letakkan tangan Anda di atas uang ini." Maka kakeknya mele- takkan tangannya di atasnya dan berkata :"Tidaklah mengapa jika dia tinggalkan ini bagi kalian, maka dia (berarti) telah berbuat baik. Ini sudah cukup bagi kalian."

Sebenarnya Abu Bakar tidak meninggalkan se- suatu pun bagi keluarganya, tetapi Asma' ingin menenangkan hati orang tua itu. Az-Zubair ibnul Awwam menikah dengannya, sementara dia tidak mempunyai harta dan sahaya maupun lainnya, kecuali kuda. Maka Asma' memberi makan kudanya dan mencukupi kebutuhan serta melatihnya. Me- numbuk biji kurma untuk makanan kuda, memberinya air minum dan membuat adonan roti. Suatu ketika Az-Zubair bersikap keras terhadapnya, maka Asma' datang kepada ayahnya dan mengeluhkan hal itu.

Maka sang ayah pun berkata : "Wahai anakku, sabarlah! Sesungguhnya wanita itu apabila bersuami seorang yang sholeh, kemudian suaminya meninggal dunia, sedang isterinya tidak menikah lagi, maka keduanya akan berkumpul di surga." Asma' datang kepada Nabi SAW, lalu bertanya :"Wahai, Rasulullah, aku tidak punya sesuatu di rumahku, kecuali apa yang diberikan oleh Az- Zubair kepadaku. Bolehkah aku memberikan dan menyedekahkan apa yang di- berikan kepadaku olehnya ?"

Maka Nabi SAW menjawab :"Berikanlah (berse- dekahlah) sesuai kemampuanmu dan jangan menahannya agar tidak ditahan pula suatu pemberian terhadapmu." Maka Asma' adalah termasuk seorang wanita dermawan. Dari Abdullah bin Zubair r.a. dia berkata :"Tidaklah kulihat dua orang wanita yang lebih dermawan daripada Aisyah dan Asma'." Kedermawanan mereka berbeda. Adapun Aisyah, sesungguhnya dia suka mengum- pulkan sesuatu, hingga setelah terkumpul padanya, dia pun membagikannya. Sedangkan Asma', maka dia tidak menyimpan sesuatu untuk besoknya. Asma' adalah seorang wanita yang dermawan dan pemurah. Dia tidak menyimpan sesuatu untuk hari esok. Pernah dia menderita sakit, lalu dia bebaskan semua hamba sahayanya.

Asma' ikut dalam Perang Yarmuk bersama suaminya, Az-Zubair, dan menunjukkan keberaniannya yang baik. Dia membawa sebilah belati dalam pasukan Said bin Ash di masa fitnah, lalu diletakkannya di balik lengan bajunya. Kemudian ditanyakan kepadanya :"Apa yang kamu lakukan dengan membawa ini ?" Asma' menjawab :"Jika ada pencuri masuk kepadaku, maka aku tusuk perutnya."

Umar ibnul Khaththab r.a. memberi tunjangan untuk Asma' sebanyak 1000 dirham. Asma' meriwayatkan 58 hadits dari Nabi SAW; dan dalam suatu riwayat dikatakan : bahwa dia meriwayatkan 56 hadits [Al-Kazaruni, "Mathaali'ul Anwaar"]. Telah sepakat antara Bukhari dan Muslim atas 14 hadits. Bukhari meriwayatkan sendiri atas 4 hadits, sedangkan Muslim juga meriwayatkan sebanyak itu pula. [Al-Hafih Al-Maqdisi, Al-Kamaal fii Ma'rifatir Rijaal].

Dalam satu riwayat : Diceritakan bahwa Asma' meri- wayatkan 22 hadits dalam Shahihain. Sedangkan yang disepakati Bukhari dan Muslim 13 hadits. Bukhari meriwayatkan sendiri 5 hadits, sedangkan Muslim meriwayatkan 4 hadits. [Ibnul Jauzi, "Al-Mujtana"]

Asma' Sebagai Penyair dan Pemberani

Asma' adalah wanita penyair dan pemberani yang mempunyai logika dan bayan. Dia berkata mengenai suaminya, Az-Zubair, ketika dibunuh oleh Amru bin Jarmuz Al-Mujasyi'i di Wadi As-Siba' (5 mil dari Basrah) ketika kembali dari Perang Jamal : Ibnu Jarmuz mencurangi seorang pendekar dengan sengaja di waktu perang, sedang dia tidak lari Hai, Amru, kiranya kamu ingatkan dia tentu kamu mendapati dia bukan seorang yang bodoh, tidak kasar hati dan tangannya semoga ibumu menangisi, karena kamu bunuh seoranng Muslim dan kamu akan terima hukuman pembunuhan yang disengaj

Tekad Asma' yang Kuat, Kemuliaan Jiwa dan Keberaniannya

Kata-kata Asma' kepada puteranya menunjukkan kepada kita tentang makna-makna yang luhur itu. Suatu saat puteranya, Abdullah, datang menemui ibunya, Asma' yang buta dan sudah berusia 100 tahun. Dia berkata kepada ibunya :"Wahai, Ibu, bagaimana pendapat Anda mengenai orang yang telah meninggalkan aku, begitu juga keluargaku." Asma' berkata :"Jangan biarkan anak-anak kecil bani Umayyah mempermainkanmu. Hiduplah secara mulia dan matilah secara mulia. Demi Allah, sungguh aku berharap akan terhibur mengenaimu dengan baik."

Kemudian Abdullah keluar dan bertempur hingga ia mati terbunuh. Konon, Al-Hajjaj bersumpah untuk tidak menurunkannya dari tiang kayu hingga ibunya meminta keringanan baginya. Maka tinggallah dia di situ selama satu tahun. Kemudian ibunya lewat di bawahnya dan berkata : "Tidakkah tiba waktunya bagi orang ini untuk turun ?"

Diriwayatkan, bahwa Al-Hajjaj berkata kepada Asma' setelah Abdullah terbunuh :"Bagaimanakah engkau lihat perbuatanku terhadap puteramu ?" Asma' menjawab :"Engkau telah merusak dunianya, namun dia telah merusak akhiratmu." Asma' wafat di Mekkah dalam usia 100 tahun, sedang giginya tetap utuh, tidak ada yang tanggal dan akalnya masih sempurna. [Mashaadirut Tarjamah : Thabaqaat Ibnu Saad, Taarikh Thabari, Al-Ishaabah dan Siirah Ibnu Hisyam]. Penulis buku, Musthafa Luthfi Al-Manfaluthi mencatat dialog yang terjadi antara Asma' dengan Abdullah, dalam sebuah kasidah yang di- anggap sebuah karya seni yang indah.

Dia berkata : Asma' di antara manusia adalah sebaik-baik wanita ia lakukan perbuatan terbaik di saat perpisahan datang kepadanya Ibnu Zubair menyeret baju besi di bawah baju besi berlumur darah Ia berkata : Wahai, Ibu, aku telah payah dengan urusanku antara penawanan yang pahit dan pembunuhan yang keji. Teman-teman dan zaman mengkhianatiku, maka aku tak punya teman selain pedangku kulihat bintangku yang tampak terang telah lenyap dariku dan tidak lagi naik.

Kaumku telah berupaya melindungiku, maka tak ada penolong selain itu jika aku menerimanya. Asma' menjawab dengan kelopak mata yang kering seakan-akan tidak ada tempat sebelumnya bagi air mata. Air mata itu berubah menjadi uap yang naik dari hatinya yang patah. Tidaklah diselamatkan kecuali kehidupan atau ia menjadi tulang-belulang seperti halnya batang pohon kematian di medan perang lebih baik bagimu daripada hidup hina dan tunduk jika orang-orang menelantarkanmu, maka sabar dan tabahlah, karena Allah tidak menelantarkan.

Matilah mulia, sebagaimana engkau hidup mulia dan hiduplah selalu dalam namamu yang mulia dan tinggi tiada di antara hidup dan mati kecuali menyerang di tengah pasukan itu. Kata-kata Asma' kepada puteranya ini akan tetap menjadi cahaya di atas jalan kehidupan yang mulia, yaitu ketika puteranya berkata : "Wahai, Ibu, aku takut jika pasukan Syam membunuhku, mereka akan memotong- motong tubuh dan menyalibku."

Asma' menjawab dengan perkataan yang kukuh seperti gunung, kuat seperti jiwanya, besar seperti imannya, dan perkataan itulah yang menentukan akhir pertempuran : "Hai, Anakku, sesung- guhnya kambing yang sudah disembelih tidaklah merasa sakit bila ia dikuliti." Al-Manfaluthi menyudahi kasidahnya dengan perkataan : Datang berita kematian kepada ibunya, maka ia pun mengeluarkan air matanya yang tertahan. Abdullah gugur sebagai syahid dan unggulan nilai-nilai yang tinggi dari ibu teladan. Kisah ini tercatat dalam lembaran-lembaran yang paling cemerlang dalam sejarah orang-orang yang kekal. Wallahu a'lam bishowab.

Senin, 29 Juni 2015

Tuhan, aku tau engkau ada

Pada suatu waktu, aku duduk seorang diri entah tak tau apa yg ditunggu. Pikiranku tak tentu hendak dituju kemana, rasa sakit pada fisikku seolah menertawakanku. Ya. Aku kesakitan. Aku menahan sakit untuk tetap supaya terlihat baik-baik saja.
Kurasakan angin yg menerbangkan baju dan jilbabku. Kutahan pijakanku. Aku takut sekali terbawa angin. Tidak, aku tidak kurus. Aku hanya sedikit berkurang berat badan dikarenakan kurang selera makan. Semoga.
Hari sudah sangat sore, tak satu matapun melihat kearahku. Ya, aku duduk dipinggiran kota. Kota yg begitu padat, tetapi tak ada rasa perduli. 
Apa? Perduli? Mengingat kata itu, mataku tiba-tiba seperti tergenang oleh air, lalu air itu perlahan membasahi pipiku yg awalnya kering.
Tak ada yg harus aku tangisi. Aku mencoba menguatkan diri sendiri. 
Tuhan, aku tau Engkau disini..
Kupandang langit yg biru, lama kelamaan aku melihat sosok tak jelas dilangit itu. Ia seperti memperhatikan aku, lalu tersenyum kearahku.
Tuhan, aku tau Engkau ada..
Aku mencintai diriku. Mencintai kekurangan dan kelebihanku. Aku mencintai ciptaan-Mu ini ya salam. Kumohon, jangan tinggalkan aku ya Robbi. 
Aku tau Engkau disini, ADA...

Rabu, 24 Juni 2015

Mawar tak berduriku

                 
                          BAB 1
                PENYESALAN


Kakakku adalah sosok misterius. Aku harus bermain teka-teki dengan otakku sendiri jika harus menebak sikapnya yang kadang aneh dan tidak seperti biasanya. 
Sebagai adik satu-satunya, aku masih punya sifat keras hati dan kepala. Apalagi kalau persoalan kakak. Karena yang aku tau, dia bakal memanjakanku lebih. 

***

Malam itu, hari sudah larut malam, aku kembali membuat onar dikamar, mungkin perihal teman-temanku, aku menjadi emosi, aku ingin sekali dibujuknya, dimanjainya, tapi aku menganggap ia tak mengerti. Saat aku memanggilnya dengan suara keras, ia diam saja, berselang menit kemudian ia mangeluhkan sakit kepala. 
Aku diam saja tak memperdulikan ia yang untuk ke-2 kalinya memanggilku
"Deekk, kepala kakak berat", ia memanggilku dengan suara yg pelan dan bergetar. Berkali-kali bahkan. Aku tetap tak memperdulikannya karna masih memendam kesal. 
"Deekk, deekk, dee--" panggilannya berhenti, aku mulai merasakan udara tidak enak. Mendadak nafasku tercekat.

"Kaaakk" aku memanggilnya, tanpa sahutan. Aku yang semula duduk didepan tv langsung terlonjak menghampirinya yang daritadi berbaring ditempat tidur. 
Aku goyang-goyangkan tubuhnya sampai aku tersadar dia benar-benar sudah tidak sadar diri.
Astagfirullah. Mataku membelalak. Keringkonganku kering. 
"Kaaakkk, bangun kaaakk" nadaku mulai melirih sendu. Udara mulai kurasakan panas disekitarku. 
"Kakaaaakk" suaraku mulai tinggi tapi bergetar, Allaaaah, mataku mulai kabur, kurasakan air berkumpul dibola mataku, tanpa sadar butir-butir itupun membasahi pipiku. Allah, tolong kakakku. 

Kupaksa diri untuk tegar, kupijat tubuh dan kepalanya, dengan modal minyak kayu putih ditangan. Alhamdulillah. Kakak membukakan mata. Kuberi ia air minum lalu aku bergegas mengganti bajunya dengan rasa bersalah yang masih memuncak.

Astagfirullah. Bibirku bergetar melafazkan istighfar. Adik macam apa aku ini ya Allah. Mengapa menyakiti hati kakakku menjadi rutinitas bodoh yang selalu aku lakukan. 

"Kaaak, maafkan adek" aku setengah berbisik ditelinganya. 
Matanya ia tutup kembali. Mungkin ia tak ingin melihatku.
"Kak, maaf kak, jangan sakit ya, adek cemas" aku mengusap rambutnya. Tanpa sadar kulihat air mata menetes dari ke-2 ujung matanya. Bersalahku semakin membludak. Ingin kumaki diriku sendiri, ah bahkan lebih dari itu. Ingin kubunuh mungkin.
"Kak, aku sangat menyayangimu, maafkanlah" kubisik ia lagi, lalu kucium keningnya, lamaaa. Tanpa jeda. Samar-samar, sedu nya kudengar. Ia menahan tangis, bibirnya bergetar, tak henti air dari ujung matanya mengalir.
Melihat kakakku yang rapuh, rapuh karna sikap adiknya sendiri, tanpa sadar pipiku sudah basah. Aku lalu memeluknya erat, menciuminya. Aku sadar, aku sangat menyayanginya. Lebih dari hatiku sendiri.

Aku menyesal. 
Sikap egoisku akhirnya membuat lingkunganku rusak. Kini penyesalan hanya datang diakhir. Setelah luka kutancapkan pada hati kakakku yang sangat menyayangiku, aku memang bisa menyembuhkannya dengan "maaf" dan rasa bersalahku. Tapi kupastikan, bekasnya masih besar dan kasar.

***
Pagi itu aku malas sekali untuk berangkat kekampus, setelah bangun, kulihat dikamar tidak ada siapapun. 
Hei, kemana kakakku?
Aku langsung mengendalikan mataku keseluruh pojok ruangan. Tetap tak kutemukan. Dikamar mandi juga kosong. Kemana dia? Sepagi inikah dia kekampus? Aku hanya membathin sambil mengingat-ngingat jadwal kuliahnya.
"Perasaan yang ada jadwal kuliah pagi hari ini itu aku-lah" aku berbicara sendiri akhirnya. 

Perasaanku berkecamuk. Dinginnya pagi ketika aku membuka pintu menusuk tulang. Bukan, bukan karna dingin, tapi karna khawatir. Dan bukan tulangku yang tertusuk, tapi hatiku. 

"Kak, pergi kemana sih pagi-pagi"
Kurasakan suaraku bergetar.

---

Kau tau, kakakku?

Kau tau, kakakku?
Dalam terluka pun aku masih bisa tersenyum
Dalam deritapun aku masih bisa bahagia
Dan dalam renyuhpun aku masih bisa berhasrat
Semua masih seimbang
Masih tentang aku, kau, cerita dan cinta..

Kau tau, kakakku?
Banyak yang kau bentuk dalam diriku
Hingga aku tak sanggup menguraikannya dengan kata-kata
Walau jauh,
Sukmamu masih bisa kurasakan hadir disini
Dalam ruang yang kita punya
Damai dan terjaga..

Kau tau, kakakku?
Lantas mengapa belum juga mengerti?

Selasa, 23 Juni 2015

Pikiranku masih pada janjimu




"Hai. Aku masih disini loh. Dalam harapan kamu pastinya"

Jumpa-jumpa, aku udah dewasa, lah kamu apalagi, udah tinggi, makin cakep, suaranya juga makin berat hihii aku nggak bisa berhenti mikirin dibuatnya.
Aku berusaha senyum sembari negur "hai" aja, susahnya minta ampun. Kamu kok biasa aja yah?!

Eh inget nggak, kita ketemu udah sejak kecil, trus kan aku nggak peduli kamu karna statusnya tetangga. Dan aku-kamu yg berstatus anak kecil juga nggak peduli soal itu. Trus umur 7 tahun, kita masuk di sekolah Madrasah Diniyah Amaliyah yg sama. Kamu nya terkenal belagu karna ternyata mama kamu adalah wakil kepala sekolah serta guru disekolah itu. Aku dan kamu selalu dipasangkan pada pawai dengan baris didepan. Kita sama-sama berbadan kecil. Nggak cuman pawai, kita ber2 juga pasangan "da'i-da'iah" sampai kekabupaten, juga pasangan syarhil qur'an, dan tahfidz qur'an. Nggak cuman disitu, dikelas kita selalu "dorong-dorongan" juara. Kalau semester ini kamu yg juara 1, nah aku 2. Gitu terus sebaliknya. Kita selalu kebagian seneng. Pas aku juara, kamu nggak. Pas kamunya yg juara, aku enggak. Ibaratnya, kita saling nutupin kekurangan. HEHE

Sampai menuju akhir madrasah dan kita memasuki kelas terakhir, aku dikirimi kamu surat yg diselipin disaku tas aku. Aku nggak ngerti isi suratnya, karena kamu emang nggak pernah romantis.
Tapi kekonyolan yg kita buat saat itu adalah "kita jadian". Kita masih ingusan dan ahh entahlah. Konyol sekali.

Kita pisah setelah lulus, kamu yg katanya mau masuk sekolah agama memilih umum pada akhirnya, SMPN 1. Aku memilih MTSN karna memang sudah cita-cita. Aku dan kamu tetap jadi kita. Diulang tahun aku, kamu ngirimin aku bantal merah berbentuk hati yg saat itu kamu sendiri nggak berani buat nganternya karna surat-surat yg kamu kirim sudah ketahuan sama papa-mama aku dan mereka yaa.. Lumayan marah. Lewat sahabat kamu yg juga sahabat aku yg sudah kenal baik dengan papa-mama kamu ngucapin selamat ulang tahun buat aku. Kebahagiaan berlipat dihari ulang tahunku.

Dihari ulang tahun kamu, aku ngasi jam hiasan meja warna merah gambar mobil. "Masih kamu simpan, nggak?"
Aku 2 minggu loh nyariinnya, apa yg pas dan nggak bakal habis kalau dipakai. Dengan harapan kamu inget aku kalau ngeliatnya, pilihanku jatuh di jam itu, surat kecil dari sobekan diary kecilku berwarna biru kuselipkan dibawah kaki jam itu, "selamat ulang tahun, ya. Semoga segalanya sesuai dengan yg diharapkan. Terimakasih untuk semuanya", adalah surat ke yg entah berapa kalinya kutulis sambil diiringi debar dan keringat. 

Sampai pada akhirnya, aku yg sayang sekali padamu harus mengambil keputusan yg sebelumnya tak pernah terlintas dipikiranku, aku mutusin kamu, ya, aku mutusin kamu karna keadaan sekolah yg lumayan berantakan. Aku langsung dihubungi kakak kesayangan kamu yg aku tau sayang banget sama kamu, aku ditelpon-telpon dan disms sama kakak kamu, bilangin kamu nggak mau keluar kamar, nggak mau makan dan diam aja dari kemaren. 
"Hei cuek yg nyebelin, Kamu sayang banget sama aku?"

Kalau aku boleh bilang, sebenarnya aku hancur. Hancur banget. Aku nangis karna aku tau kamu pasti luka banget. Tapi maaf, jambore pramuka tinggal menunggu hari, olympiade cerdas ipa menungguku, belum bentroknya sama ujian kenaikan kelas, dan yg lebih parah, papa-mama masih mengungkit soal kita. Aku musti nyelesainnya satu-satu. Harusnya kamu paham.
 "Maafkan aku.."

Setahun kemudian, kamu benar-benar 
menghilang. Ntahlah apa yg kamu rasakan, mungkin kamu memendam rasa sakit hati padaku, tapi aku masih menunggu, menunggu kamu. Hatiku masih berada dikamu. Suatu ketika, teman sekelas aku yg ternyata teman kamu dibimbel bercerita tentang sosok kecil yg humoris tapi pintar ditempat les-nya. Aku yg tertarik dengan cerita itu turut serta mendengarkan, hingga pada menit berikutnya, dia menyebutkan namamu. Astaga. Aku tak tau entah apa yg kurasakan. Seperti luka basah yg mengering atau luka yg menghilang sembuh begitu saja. Entahlah..

Jantungku berdegup kencang sekali, aku mendadak seperti diketinggian yg teramat tingginya. 
Tanpa basa-basi kuucapkan satu kalimat pada temanku yg bercerita tadi, "sampaikan permintaan maaf dan salamku padanya". Temanku hanya terheran. Aku pun pergi dari forum pembicaraan itu. Seperti tak sanggup mendengar namanya. 

2 hari setelah kejadian itu, salamku bersambut. Bahkan dengan kalimat balasan "aku akan menghubungimu", membuat dadaku semakin sesak, jantungku berdegup, yg aku tau, aku bahagia. 

Selang pulang sekolah yg memang tidak diperkenankan membawa handphone, aku mendapat satu pesan singkat, darimu.. Pendek sekali, hanya berbunyi "hai". Pikiranku kembali kemasa lalu "masihkah kamu marah padaku sampai pesan yg kamu kirim begitu singkat". Aku tanpa pikir panjang lantas membalasnya dengan manis sambil bertanya kabar. 

Dan ternyata.. Kamu datang lagi membuat semuanya berubah, aku-kamu yg berbagi kabar sepulang sekolah dan malam sebelum tidur menjadi rutinitas kita dihandphone saat itu. Setelah surat, kamu masih cuek, tidak sama sekali romantis. Tapi aku tak perduli itu, yg aku tau, aku bahagia.

Berselang 3 bulan atas "balikan"-nya kita. Suatu siang ketika aku hendak berbagi kabar tentang betapa sulitnya pelajaran biologi yg kamu sukai. Tiba-tiba kamu mengucapkan satu kata yg dulu pernah aku ucapkan kekamu. "Kita udahan aja ya".
Aku lemas, badanku hampa gerak, aku tak tau entah apa yg harus aku lakukan. Aku berusaha untuk kuat memegang handphone, menelpon kamu tapi nomor kamu sudah tak aktif. Aku mengirimi kamu pesan singkat dengan bertanya apa yg kamu maksud padahal aku mengerti, jelas-jelas kamu minta putus. Sampai malam, pesan singkatku tak kunjung kamu balas. Aku sudah tidak ingin menelponmu, perasaanku sudah hancur, bahkan berkeping..

Keesokan harinya, kamu mengirimiku pesan singkat "kamu baik sekali, kita masih terlalu kecil, kalau kamu mau, kamu nunggu aku, kita siapin dulu semuanya yg berhubungan dengan cita-cita dan kebahagiaan orang tua. Jangan kemana-mana, kita disini saja"

Aku tenang. Tapi hatiku masih sedikit sakit.
Selang beberapa hari aku memikirkan apa yg salah denganku, tiba-tiba terlintas dipikiranku bahwa ajakanmu untuk baik-baik beberapa bulan lalu hanyalah kesempatan kamu untuk balas dendam. 
Aku semakin hancur ketika tau, beberapa hari setelah kejadian itu, kamu memacari teman akrab sepondok pengajianku. Aku semakin murka. Bukan, bukan aku. Tepatnya hatiku.
Berhari-hari aku hanya melamun didalam kamar, buku pelajaran hanya kupegang, malas kubaca. Aku benar-benar merasakan yg orang bilang "patah hati". 

Seminggu setelah sahabat-sahabatku mencoba menghiburku, aku kembali seperti biasa. Disatu sisi, aku berpikir, apa gunanya kupikir kamu yg bukan siapa-siapa, toh kamu disana juga nggak mikirin aku. "Dasar si cuek yg pendendam" bathinku. 
Tapi disisi lain, aku bangkit karna teringat janjimu. Aku percaya itu.

Bertahun-tahun hingga saat ini, aku selalu mendapat perbincangan hilir-mudik bahwa kamu selalu gonta-ganti pacar. Dan wanita-wanita yg kamu pacari adalah teman-teman akrabku semua. Entah memang ada maksud atau hanya kebetulan saja kamu memilih mencintai orang-orang yg berstatus teman bahkan akrab denganku. 

Hari ini, kamu sudah kulepas. Meski sering kutemukan kamu tak pernah tidur dikepalaku. Tapi aku sudah mencoba pindah dari hatimu. Hatimu yg tak pernah ada lagi untukku. 
Eh, kalau kamu suruh aku nunggu, aku tungguin, sementara aku siapin hati buat yg lebih baik nantinya. 
Doaku selalu untukmu, semoga berbahagia selalu.(:

Kamu, M.I.S --

Senin, 22 Juni 2015

Mawar tak berduriku

Doa adalah perbincangan dengan Tuhan yg paling indah. Dan perbincangan indah dengan Tuhan tersebut, aku hadirkan raja-ratu dihidupku, kesehatan mereka, kebaikan dan keberkatan hidup mereka. 

Dan aku hadirkan pula, peri hidupku. Sosok wanita yg sangat mirip dengan mama yg lambat laun menjadi kekasih hariku. Padanya kuletakkan asa yg tak tersampaikan, dengannya aku bercerita panjang lebar tentang beberapa orang yg mengkhianatiku, didepannya aku berani tersedu, hangatnya pelukannya membuat tenang hatiku, dia mengecup pelan pipiku, menghapus air mataku, sambil melepaskan 1 kalimat "sudah, kamu nggak sendiri".


Aku selalu memilih melihatnya tertidur pulas lalu kuciumi diam-diam (semoga dia nggak membaca ini). Tidak atau dengan kantuk yg tertahan, pipinya menjadi sasaran penghantar tidurku sebelum aku terlelap. Kadang, ketika dia tersadar aku belum tidur, dalam mata setengah tertutupnya, dia memanggilku, menarik tangan dan tubuhku, dibiarkannya kepalaku beralaskan lengannya, lalu dia memelukku. Aku yg kecil, tenggelam dalam nyamannya pelukannya yg sedikit lebih besar dariku. Dan, akupun tertidur. Aku rasa aku tidak butuh mimpi indah lagi.


Semangat luar biasaku ketika mungkin maut hampir menjemput, berada padanya. Jarak rumah-rumah sakit-kampus tidak membuat dia merasa penat untuk tetap menungguku. Pernah sekali suatu malam, aku melihat raut wajahnya yg kusam karna kelelahan, tetapi dia tetap mengajakku bercanda. Aku nggak pernah selera makan saat dirumah sakit, tapi dia hebat, kadang membuatku menghabiskan makananku yg hambar dengan sempurna. Sampai pas aku masuk rumah sakit yg entah keberapa kalinya, aku menunggunya dengan gelisah karena malam itu dia janji untuk menjemputku pulang, setelah akhirnya dia tiba, dia memberiku sebuah boneka danbo berwarna coklat. Itu boneka ke2 ku darinya setelah teddy bear yg kuberi nama "sina". 


Operasi ke2 saluran ginjalku ditunggunya berjam-jam, sampai aku keluar dari ruang operasi, dia yg menjagaku semalaman tanpa tidur, padahal besoknya dia harus kekampus. Tak sampai disitu, setelah keluar dari rumah sakit untuk urusan kontrol, fisioterapi bahkan sampai sekarang bolak-balik kedokter keluarga, dia yg urus.


Hei, jangan diam saja. Tolong beritahu aku bagaimana cara berterimakasih padanya??!!


Sampai suatu ketika, aku bertanya padanya tentang apa yg harus aku lakukan untuk membuatnya senang. Jawabannya adalah dengan melihatku selalu bahagia. Ah, andai saja dia tau, kebahagiaanku kan ada padanya..

Sekarang apa kau tau siapa yg kumaksud disini? Yap! Kalian benar. Dia kakakku..


Sri Susilawati.

Lahir di Tanjung Medan, 05 desember 1993. 

Usianya sekarang 21 tahun, akan menginjak 22 tahun. 

Aku memanggilnya "kakak". Sifatnya yg penyayang membuat beberapa sahabatku juga senang dan menganggap kakak mereka sendiri.


"Dek, deekk.." Panggilnya lembut membangunkanku. Aku yg mendengarnya bukan malah bangun tetapi malah membalikkan badan. 

Kebiasaan seperti itu sering sekali terjadi. Aku yg punya kebiasaan buruk susah dibangunin turut dirasakan oleh kakakku sendiri. 


Aku hanya beda 2 tahun dengannya, tapi orang-orang banyak sekali yg mengatakan aku manja karna hal-hal apapun diurus dengannya. 


"Kak, adek pakek baju apa ni", "kakak pakek baju yg mana", "kak kalau baju ini terus jilbabnya yg ini bagus", "kak adek bagusan sepatu merah atau hitam", "tas yg mana ni kak? Atau nggak usah bawa tas deh", "kak dompet dan handphone adek udah semua?". Itu adalah hal biasa yg keluar dari mulutku ketika hendak bepergian. Kakak dengan sabarnya bakalan milihin baju, ngejawab semua pertanyaanku, dan bahkan menyiapkan dompet dan handphoneku kedalam tasnya. Tak sampai disana, aku dimarahin soal "sudah-belum"nya pakai bedak, sampai dipakaikannya lipstik HAHAHA


Atau ketika disebuah toko aku merengek "Kak adek mau itu", "kak mau boneka itu", "kak ice cream", "kak mau makan itu".

Dan dia dengan lembutnya ngejawab "iya sayang nanti ya, dek"


Atau ditoko baju, distro sepatu. Aku bingung pada banyaknya pilihan yg ditawarkan. "Kak, yg mana ya", "kak yg biru atau merah? Atau hitam? Atau hijau?", "kak sizenya kebesaran nih", "kak kalau warna ini bagus nggak buat adek". Dia dengan sabarnya ngejawab semua pertanyaan itu, milihin sampe stok yg ditoko itu habis, dan., nggak ada yg kupilih. Hehe


Dia menjagaku dengan baik. Pesan yg dititipkan padanya, berhasil diemban sampai saat ini. Dari cemasnya ia ketika aku sakit, sampai bobot pertanyaan marahnya ketika tau aku belum makan tapi tetap menyuapi juga. 


Aku sangat menyayanginya, meski jarang kuucap lewat lisan, semoga dia sadar aku selalu berusaha selalu membuatnya bahagia. 


Kakakku, mawar tak berduriku..

Yg setiap harinya selalu kusiram dengan sayangku.. Maaf aku selalu tak bisa membuatmu bahagia, bangga. Aku selalu saja menghancurkan perasaanmu, harapanmu. Tapi aku selalu berusaha jadi adik yg membuatmu bangga punya aku. 

Lain waktu, sebuah penghargaan yg aku terima, akan aku dedikasikan untukmu. 


Aku sayang kamu, kak..

Minggu, 21 Juni 2015

Aku kecarian kamu

Aku kecarian kamu yg aku tau nggak pernah kecarian aku...
Disudut kamar, dibelakang pintu, dibawah kolong. Aku kecarian kamu..
Jangan-jangan kamu nggak tau? Atau pura-pura nggak tau. Atau malah kamu malah kecarian orang lain?? Hehe
Aku sih ya, nanya sama teman-teman kamu, liat kamu dijalan untung-untung lewat, ah pokoknya aku kecarian kamu lah..
Sini deh aku bilangin, kamu seneng yah aku kecarian? Puas-puasin aja kamunya pergi pas aku nyari. Entar aku kalau udah capek nggak bakal kecarian kamu lagi kok.

SNA